Banjir Bandang Georgia: Binatang Buas Lepas ke Jalan

Pernah mendengar negara Georgia? Georgia dgn ibukotanya Tbilisi ialah satu buah negara yang berada dalam dua benua di sebelah timur Laut Hitam antara Benua Eropa dan Benua Asia. Dalam sejarahnya Georgia ialah sebentuk negara akibat pecahan Uni Soviet. Luas wilayahnya 69.700 KM2 dgn penduduk tak lebih dari 4.4 juta jiwa.

beberapa hari lalu, banjir bandang dahsyat menerjang pusat kota Tbilisi, Georgia. Satu juta lebih penduduk Kota Tbilisi sempat mengalami kekacauan total sebab banjir bandang yang mengalir deras isikan celah-celah jalan di tengah Kota.
hingga saat ini, laman VoaNews telah melansir jumlah korban tewas akibat banjir bandang Tbilisi mencapai 16 orang kepada Selasa tempo hri, setelah sesosok mayat ditemukan terbujur kaku di tengah taman kota. Namun, Polisi setempat mengatakan tetap ada laporan 7 orang yang hilang akibat tersapu banjir bandang.

Hujan lebat yang mengguyur Georgia sejak Sabtu petang telah menimbulkan aliran deras sungai yang mengalir melewati Kota Tbilisi. Akibatnya tanggul sungai Vere juga jebol tak kuat menahan derasnya arus.

Aliran air bah pun membanjiri ke kota dgn teramat deras. Menghancurkan rumah dan menggenangi jumlahnya jalan raya di tengah Kota Tbilisi. Sedikitnya 40 keluarga harus merelakan rumahnya hancur hanyut terbawa derasnya air.

Satu aspek yang miris dalam kejadian banjir bandang di Georgia, adalah bencana banjir ini ikut menerjang satu kebun binatang yang berada di tengah kota. Akibatnya, pagar dan kandang binatang-binatang liar ikut hancur diterjang banjir. Puluhan binatang liar seperti singa, macan, serigala, bahkan kuda nil besar ikut hanyut terbawa air bah hingga ke jalan-jalan kota. Juru bicara kebun binatang, Mria Sharashidze seperti yang dilansir dari laman Voa menyampaikan bahwa ada 8 singa, 7 harimau, dan sedikitnya 3 jaguar tewas tersapu banjir. terkecuali itu, dari 14 beruang yang dimiliki kebun binatang Tbilisi, hanya 2 beruang yang selamat. Begitu serta dgn 17 pinguin yang dimiliki, hanya 9 pinguin yang berhasil diselamatkan akibat derasnya aliran air dan lumpur yang menerjang kebun binatang.

selain itu, beberapa hewan yang terlepas dari kandang dan menghilang terbawa hingga ke jalan-jalan kota serta menjadi ancaman bagi para penduduk lebih kurang kota. Seperti yang dilaporkan oleh pemerintah setempat, sekian tidak sedikit singa, harimau, bahkan seekor kuda nil besar dilaporkan terbawa hanyut hingga ke tengah kota. Bahkan beberapa rilisan gambar di media internet sekian tidak sedikit jam setelah bencana banjir bandang menunjukkan gambar seekor kuda nil gede telah ditemukan sedang berjalan-jalan ditengah genangan lumpur banjir di tengah kota. Akhirnya kemarin, kuda nil tersebut berhasil dilumpuhkan dgn senjata bius untuk selanjutnya dikembalikan lagi ke dalam kebun binatang.(CAL)

Sumber

Ratusan Sungai Jateng Tercemar: Ancam Bencana Banjir

Sungai Jateng Tercemar

tidak ingin dipungkiri, sungai merupakan suporter roda kehidupan. Sungai yaitu lokasi peradaban bermula. Ribuan thn peradaban manusia itu bermula dari aliran sungai akbar dunia. Tidak tidak cuma peradaban di Pulau Jawa, aliran sungai yg mengalir dari hulu ke hilir di Jawa merupakan pusat peradaban pertama kali bermula. Sejarah kerajaan era dulu juga mencatat bahwa nama-nama kerajaan gede macam Majapahit, Kediri, Tarumanegara, dll. berawal dari derasnya sumber manfaat yg bakal diperoleh dari aliran sungai.

Namun waktu ini ini, kenyataan tersebut makin miris buat diakui. beberapa ratus aliran sungai di Pulau Jawa telah tidak layak lagi jadi sumber kehidupan. Alirannya bagaikan genangan sampah & limbah berbahaya. Daerah aliran sungai tidak ubahnya sebagai pemasok sampah. Imbasnya bantaran sungai makin mengecil & menyempit. Dikala keseimbangan lingkungan sungai semakin tidak berdaya dihancurkan oleh tangan-tangan manusia, sehingga sungai bakal memberikan ancaman nyata bencana tanah longsor & banjir.

Kenyataan tersebut tampak terang wilayah Propinsi jawa tengah. sejauh ini, sebanyak 136 sungai yg mengalir rata di seluruh kota di jateng sudah tercemar & berada dalam keadaan kritis. Fakta tersebut di sampaikan oleh Sudarto, satu orang pakar lingkungan dari Kampus Diponegoro seperti yg dilansir dari page Tempo.co

Pencemaran limbah sudah memberikan kerusakan hebat di beberapa ratus sungai di Jawa Tengah. factor ini kelihatan terang berjalan akibat pembuangan limbah industri & limbah domestik dari pemukiman yg tidak sesuai tempatnya. Padahal nyata-nyatanya tidak sedikit industri di Jawa telah berlangsung dengan cara mutakhir dalam urusan instalasi pengolahan limbah, tapi yg terjadi justru sebaliknya, limbah konsisten terbuang di sepanjang aliran sungai & imbasnya yakni angka kejadian bencana banjir yg semakin meningkat tiap tahunnya.

Tidak cuma dari industri, limbah busuk & berbahaya yg mengalir sepanjang aliran sungai di jateng pula berasal dari permukiman. Pantas dipercaya bahwa sebahagian gede penduduk di Jawa memang lah belum mengenal technologi pengolahan limbah layaknya negara-negara maju. Imbasnya, hujan lebat sebentar saja sanggup jadi banjir, meluapkan sungai seketika lantaran sudah rusaknya keseimbangan sungai. Air sungai serta tidak bisa diperlukan sbg penyangga kehidupan masyarakat di kira kira aliran sungai.

Masalah lain serta muncul diwaktu keseimbangan sungai telah begitu terkikis, bukan tidak mungkin bencana longsor atau pergerakan tanah di sekian banyak aliran sungai yg mempunyai tebing lumayan tinggi bakal berikan ancaman lain.

sekian banyak bln silam,(27/4) bencana longsor tebing sungai menerjang perbatasan Dukuh Plosorejo dgn Dukuh Malangan, Desa Kalimacan, Kalijambe, Sragen. Tebing setinggi empat m di pinggir Sungai Malangan ambrol sepanjang 12 m sesudah diguyur hujan deras. Longsoran tebing sungai memang lah lah tak dengan cara langsung berjalan akibat efek pencemaran, tetapi Perubahan masif terhadap Daerah Aliran Sungai sudah nyata menyebabkan tidak sedikit kerugian. Jangan Sampai Hingga hingga keadaan sungai yg telah begitu kritis di Pulau Jawa khususnya jawa tengah tidak jadi prioritas pencegahan bencana. Strategi paling baik mesti serta-merta dipikirkan, sungai itu pun juga sebagai sumber kehidupan bukan berubah fungsi jadi sungai sumber bencana.(CAL)
Sumber

Kerusakan Hutan Mangrove di Kab. Talaud Picu Bencana Abrasi

Hutan Mangrove di Kab. Talaud
Berjarak sekitar 12 jam perjalanan laut dari Kota Manado, Sulawesi Utara, Talaud adalah kawasan perbatasan negeri paling utara Indonesia. Berbatasan pribadi dengan wilayah laut Davao del Sur, negera Filipina.
Kabupaten Kepulauan Talaud, alias yang tak jarang diucap Taroda oleh penduduk lokal adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara. Melonguane ditetapkan selaku pusat Ibukota Kabupaten Kepulauan Talaud.Selaku garda terdepan negeri, semenjak memekarkan diri dari Kabupaten Sangihe pada tahun 2000 silam, Talaud terus berbenah. Membangun infrastruktur wilayahnya membuat makin maju & berkembang. Tetapi kenyataannya, tiga pulau utama di Talaud yaitu Pulau Karakelang sebagai pulau terbesar & pusat Ibukota Kabupaten, Pulau Salibabu, serta Pulau Kabaruan masih terisolir oleh keterbatasan pembangunan infrastruktur, ekonomi, pendidikan, jalur transportasi, telekomunikasi, sampai pertahanan & keamanan.

Sekitar 70 persen kian luas wilayah daratan Kepulauan Talaud masih yakni area hutan lebat, dan hutan Mangrove di pesisir pantai. Hutan-hutan yang masih asri ini yakni rumah bagi beraneka macam daerah asal khas kepulauan Talaud serta membuat tameng terakhir bagi ancaman riisko bencana abrasi & pengikisan daratan.

Melainkan kini, di tengah status keterbatasan infrastruktur. Talaud masih terus bergegas membangun beraneka motif penyangga kebutuhan dasar. Tak terkecuali ruko, hunian, serta perkantoran. Wilayah daratan Kepulauan Talaud andaikan dilihat makin detail sekedar seluas 1.251 Km2 ataupun kurang dari 6 persen dari keseluruhan luas wilayahnya. Sisanya yaitu wilayah kekayaan laut Talaud yang menjangkau luasan 37.800 Km2 (95,24%).Aksi pembabatan hutan mangrove dilakukan buat membangun empat unit rumah toko (ruko). Diketahui aksi ilegal tersebut dilakukan oleh saudara termuda mantan pejabat Pemerintah Talaud. Sontak pemberitahuan pengrusakan lingkungan ini mendapat marak kecaman dari para aktivis lingkungan. Jika hutan mangrove menghilang, maka ancaman risiko bencana abrasi akan semakin gawat terjadi, mengikis perlahan wilayah pinggiran pulau. Apabila gelombang tinggi datang, bukan tak mungkin air pasang bakal naik dan membanjiri rumah warga di pesisir.

Hutan mangrove yang lebat & sudah berumur tua nyatanya memang punya peranan penting selaku benteng banjir serta penahan fenomena pasang air laut. Apabila air sungai meluap, bakal naik ke jalan & meluap sampai-sampai menghanyutkan jembatan. Hal ini nyatanya pernah terjadi di wilayah Talaud salah satu waktu silam

Namun kini, kenyataan pembangunan yang masif telah menghasilkan dampak yang buruk bagi lingkungan Kepulauan Talaud. Seperti yang dilansir dari portal Mongabay.Co.Id yang menuliskan bahwa telah terjadi penebangan hutan mengrove ilegal di Kelurahan Beo Barat, Kabupaten Talaud. Beo yakni wilayah yang berada di Pulau �Besar� Karakelang.Luas hutan Mangrove di Kelurahan Beo yang dibabat sekitar setengah hektar. Padahal di samping selaku pencegah bencana, ekosistem mangrove sangat penting peranannya demi tempat ikan bertelur,habitat burung, kelelawar, kepiting, & salah satu jenis seakan kerapu.

Kejadian pembabatan liar hutan mangrove maupun hutan tropis bakal alih kegunaan hutan sejauh ini memang bukan terjadi di Talaud saja. Entah apa yang ada dipikiran oknum masyarakat Indonesia pengrusak hutan. Rentetan kejadian bencana yang bergulir deras di negara kita masihkah belom menciptakan peringatan terhadap tindakan pengrusakan alam?

Padahal sudah banget jelas teorinya, bahwa hutan yaitu entitas utama yang mampu memperlihatkan keamanan dari timbulnya bencana banjir, tanah longsor, abrasi, matinya ekosistem, dan lain sebagainya. (CAL)

Sumber

Bencana Akibat Kerusakan Lingkungan Mengintai Belitung

Kabupaten Belitung serta Belitung Timur, dua wilayah yang berada di Kepulauan Belitung sudah sejak tahun Belanda dahulu tersohor sebagai wilayah utama penambangan timah. Terutama di wilayah Belitung Timur yang beribukota Manggar. Lokasi fenomenal sebagai tempat novel Laskar Pelangi.

Kerusakan ekosistem yang semakin fatal di wilayah Belitung pun akhirnya telah memaksa pemerintah setempat bakal menekan aktifitas pertambangan. Kini sektor pertambangan timah sebagai pekerjaan utama warga Belitung perlahan telah diubah menjabat sektor pariwisata, pertanian, dan perikanan.

Kerusakan ekosistem yang makin tak terkontrol di wilayah Belitung sedikitnya telah memicu dan menimbulkan banyak sekali efek bencana. Mulai dari kebakaran hutan, banjir bandang, rob, tanah longsor, kabur embun, sampai-sampai ancaman bencana gempa bumi & bukit meletus dari arah lembah Krakatau di Selat Sunda.
Kini keindahan Belitung telah berada dalam fase kritis. Marak pihak menilai, situasi Belitung Timur sudah berada dalam kerusakan alam yang masif akibat penambangan yang makin tak terkontrol. Kerusakan ekosistem lingkungan ini bakalan mengancam akibat beraneka bencana alam.

Pembakaran hutan untuk membuka wilayah tambang, pertambangan timah ilegal, penggunaan bom ikan yang merusak terumbu karang serta areal hutan bakau dahulu memang sering dilakukan masyarakat Belitung di kehidupan sehari-hari. Aktvitas yang amat merusak tersebut terus berjalan sampai-sampai puluhan tahun. Kini, dampaknya terang tampak. Catatan BPBD wilayah Belitung seperti yang dilansir oleh portal Bangkanews memperlihatkan angka 267 kali bencana alam yang terjadi atas 2014 lalu. Catatan bencana tersebut memiliki rincian: banjir bandang dan rob 20 kali kejadian, tanah longsor 24 kali kejadian, angin kencang 26 kejadian, & kabut asam risiko kebakaran hutan 13 kali kejadian.

Dari sekian marak formasi bencana alam yang mengancam Belitung tersebut, banjir bandang dan tanah longsor membuat dua kategori yang paling dicemaskan terjadi di wilayah ini. Di Belitung, kerusakan lingkungan telah menjelma problem yang serius. Andaikan dilihat dari udara, bisa dilihat dari mata kepala sendiri macam mana lingkungan telah hampir habis dibabat oleh areal pertambangan. Menyisakan danau serta rongga-lubang di di tanah sisa dari pertambangan timah. Satu wilayah yang berada dalam situasi amat mengkhawatirkan ada di Kulong Kaolin, Desa Perawas, Tanjungpandan, Belitung. Di wilayah ini, sisa pertambangan timah terang tampak dari danau buatan yang terbentuk risiko pengambilan tanah dalem jumlah masif.

Nyata sudah betapa ekosistem lingkungan di Belitung sedang dalem fase yang kritis. Pengurangan aktifitas yang telah mengacaukan lingkungan harus terus diusahakan. Jangan hingga keserakahan manusia menurut perlahan menenggelamkan Belitung diantara ratus tahun nanti. (CLA)
Sumber

Pengalihan Fungsi Hutan Picu Risiko Bencana

Percaya ataupun enggak, ternyata dari satubuah bentuk kerusakan hutan & alih fungsi lahan hutan bakal memicu marak akibat bencana alam yang berdampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Banjir, longsoran tanah, kebakaran hutan, bencana kabut embun, hingga-hingga bencana kekeringan yakni kumpulan akibat nyata bencana alam akibat hilangnya kegunaan hutan.

Memang, tak ada salahnya memanfaatkan hutan sebagai bahan dasar bangunan. Ataupun membuka lahan hutan & mengalihfungsikan menjelma lahan bercocok tanam sayuran maupun padi. Tetapi, semua perubahan desain terhadap hutan nyatanya sudah di atur terperinci dalem Undang-undang. Praktek terlarang semacam penyerobotan lahan ilegal serta penebangan liar jelas tercantum dalam undang-undang sebagai sesuatu yang kagak diperbolehkan. Kaidah ini dibuat bukan berdasarkan alasan kosong, kerusakan hutan bakalan menciptakan pemicu nyata bencana alam.

Lihat macam mana kasus bencana asap menutupi atmosfer Provinsi Riau dengan embun pekat pembawa penyakit pernafasan. Embun perolehan pembakaran hutan ilegal terbilang terjadi tak lain sebab alih kegunaan lahan hutan secara membabi buta. Kepala tengah Studi Bencana IPB, Prof Eusi Sunarti seolah-olah yang dikutip dari portal Antaranews menjelaskan bahwa praktik membeli tanah di bawah tangan, membuka lahan dengan cara membakar untuk memangkas biaya, telah membawa dampak luas atas masyarakat yang terkena efek bencana kabut embun.

Contoh lain alih faedah lahan terjadi jua di wilayah padat penduduk Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tengok doang macam mana masifnya pergantian desain tanah serta gunanya di hampir seluruh wilayah Puncak. Sejak puluhan tahun lantas, Puncak memang mewujudkan lokasi plesir paling digandrungi oleh masyarakat Ibukota. Demi mengakomodir faedah wilayah wisata terbilang, maka reklamasi alias alih faedah lahan besar-besaran telah terjadi di Puncak sampai-sampai-hingga detik ini. Bangunan villa besar nan megah tak pernah berhenti didirikan di lereng-lereng Puncak, Bogor.

Padahal sesungguhnya, gunung tinggi di Puncak, Jawa Barat adalah lokasi resapan cairan buat wilayah hulu sungai-sungai besar yang mengalir dari Bogor sampai-sampai ke Ibukota, Jakarta. Alih faedah lahan resapan cairan di wilayah Puncak ialah satu pemicu utama kenapa banjir besar masih doang mengintai Jakarta tiap tahunnya.

Hilangnya faedah hutan selaku wilayah resapan cairan membuat problem pelik yang masih doang terjadi sampai-sampai dikala ini. Hutan tadah hujan semasa ini di belahan bumi manapun memiliki faedah yang serupa, selaku penyerap air hujan sebelum mengalir ke sungai & sebagai pengikat lapisan tanah yang rapuh. Kejadian banjir Jakarta, longsor Banjarnegara, & banjir bandang Manado makin dari satu tempo silam masih belom cukupkah menjelma peringatan? Haruskah ada lagi bencana dahsyat yang menimpa warga indonesia kalau masih doang belom perduli terhadap faedah hutan? (CAL)

Sumber

Tambang Batu Akik Bisa Memicu Bencana Kerusakan Alam

Tambang Batu AkikSejak tahun terakhir, batu akik alias batu berlian asli asal Indonesia membuat primadona bagi semuanya kaum pria di negeri ini. Tengok doang macam mana pria tua-muda menatap asik perpaduan penjual yang merangkap pengikis berlian. Mulai di pinggir jalan, di tengah perbelanjaan, di pasar khusus yang menjual batu, di festival Pekan Raya Jakarta, terlebih di lapak lapak halaman masjid usai sholat jumat.

Tak aneh memang, berlian bagi sebagian penikmatnya memancarkan bervariasi khasiat. Dipercaya selaku obat kebugaran, penyembuh luka batin, hingga pembawa kemujuran serta keberuntungan. Sebab itu, permintaan bakal berlian yang luar lazim melonjak dalem setahun akhir-akhir ini menimbulkan kerusakan lingkungan yang luar lazim di lokasi sekitar tambang permata.

Wonogiri, Jawa Tengah yakni satu contohnya. Pertambangan berlian di wilayah ini sudah menyentuh tahap yang menkhawatirkan. Area tambang telah mengacaukan kawasan hutan lindung. Terlebih area tambang berada di tebing curam rawan bencana tanah longsor.

Selagi setengah tahun terakhir, Perum Perhutani KPH Surakarta selaku pengelola kawasan hutan lindung di Wonogiri kerap menemukan ratusan bekas galian di area hutan lindung. Padahal penambangan berlian di hutan lindung merupakan sesuatu yang ilegal. Syarat utama kesibukan penambangan di kawasan hutan lindung harus memperoleh mohon diri dari Kementerian Lingkungan nyala & Kehutanan.

Walaupun minat terhadap berlian di wilayah Wonogiri sangat potensial buat meningkatkan sumber pemasukan warga lokal, melainkan tetap doang kerusakan hutan lindung dampak penambangan ilegal tak bisa diampunkan. Hutan lindung memegang faedah utuh selaku penyerap air hujan sebelum dialirkan ke sungai. Hutan lindung pun berfungsi selaku pengikat tanah, mencegahnya dari bencana pergerakan tanah, alias tanah longsor.

Tetapi nyatanya, aktifitas penambangan ilegal di sekitar Wonogiri masih berlangsung mengendap-endap tiap malamnya. Dalam kegelapan, para pemburu berlian berbobot jutaan rupiah menantang maut, melakukan penggalian di lokasi yang membahayakan, di area tebing yang curam.

Aktifitas penambangan tak profesional yang dilakukan oleh warga kerap kali memang tak mempedulikan keselamatan diri sendiri, bahkan mengabaikan kerusakan lingkungan yang ditinggalkan pasca penambangan. Padahal penggalian berlian itu biasanya dilakukan cukup dalem. Selaku contoh, rata-rata demi mendapatkan 3 kilogram batu alam, dibuthkan kedalaman 16-20 meter ke dalam tanah.

Risiko Penggalian di tanah yang labil, bisa mempengaruhi kontur & kerapatan tanah, kemudian muncul ancaman efek tanah longsor alias tanah ambles bahwa hujan lebat maupun gempa bumi datang melanda.

Diantara pekan lalu, penambang tewas akibat tertimpa reruntuhan longsoran akhirnya terjadi pun di tambang berlian Kalimaya, Kampung Cimalingping, Desa Pejagan , kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, Banten. Kini lokasi penambangan maut terbilang akhirnya ditutup buat menghindari jatuhnya korban selanjutnya & bakal menjaga kelestarian alam wilayah Kabupaten Lebak. (CAL)

Sumber

Ketahui Skala MMI, Standar Pengukuran Kekuatan Gempa Bumi

Skala MMIKapasitas MMI Suatu tempo, bencana gempa mengguncang, goyangan kecil sampai keras terasa oleh sejumlah orang dalem wilayah tertentu. Lokasi yang paling dekap dengan tengah episentrum gempa menurut logika demi mendapatkan guncangan yang paling keras. Semenit, ataupun dua menit durasi gempa terjadi. Setelah itu, padat-gaduh masyarakat niscaya demi mencari gosip tentang gempa yang baru doang terjadi. Linimasa media umum pun ramai oleh rentetan informasi gempa bersumber dari Badan Meteorologi & Geofisika, isinya serupa: �Telah terjadi gempa di lokasi A, berepisentrum di B, bermagnitudo sekian skala richter (SR) & berkedalaman sekian kilometer.

Pola gosip seperti itu sudah jamak didapati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kapasitas Richter selaku skala pengukuran gempa yakni kapasitas yang sudah kekeluargaan dalem konteks masyarakat sadar efek bencana gempa. Patokan richter adalah kapasitas perhitungan gempa yang dihitung berdasarkan logaritma amplitudo gelombang gempa. Kapasitas ini didapati dengan memasang alat berjulukan seismograf. Gara-gara berbentuk logaritma, maka tiap kenaikan satu tingkat kapasitas sama dengan kekuatannya naik 10 kali lipat.

Tetapi selain skala richter, pernahkah kamu mengenal ukuran MMI (Modified Mercally Intensity)? Perhitungan skala ini dicetuskan oleh Giuseppe Mercalli atas tahun 1902 silam. Kapasitas ini dipakai untuk mendapati seberapa besar akibat alias guncangan ataupun kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa. Berbeda dengan kapasitas richter, skala MMI ini ditentukan berdasarkan alat yang menghitung rambatan getaran serta persebaran getaran yang terasa di beraneka wilayah sekitar tengah gempa, alias berdasarkan pengamatan dari orang yang mengalami kejadian gempa. Sebab berdasarkan besar getaran , maka kapasitas MMI bakalan berbeda-beda tergantung wilayahnya.

Berikut yakni penjelasan rincian ukuran MMI:

1. Ukuran I MMI

Getaran kagak dirasakan kecuali oleh diantara orang yang berada dalem keadaan berdiam atau hening

2. Ukuran II MMI

Getaran dirasakan oleh lebih dari satu orang, manabila di gedung atau rumah bertingkat. Benda-benda yang digantung kelihatan bergoyang

3. Patokan III MMI

Getaran terasa nyata di dalem rumah ataupun di bangunan yang bertingkat. Getaran terasa seakan ada truk besar yang melintas di depan rumah.

4. Kapasitas IV MMI

bahwa terjadi di siang hari, getaran terasa oleh banyak orang di dalem rumah & di luar rumah. Membangunkan orang yang tertidur. Piring, gelas, pot, jendela, pintu terdengar & kelihatan bergetar.

5. Skala V MMI

Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, marak benda-benda pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang besar dapat bergoyang.

6. Ukuran VI MMI

Getaran kini dirasakan oleh semua penduduk, marak orang lari keluar rumah, terkejut, & kaget. Dinding rumah yak tak kuat bakal retak, cerobong embun atas pabrik dapat rusak atau jatuh. Kerusakan dalem kategori ringan.

7. Ukuran VII MMI

Orang demi sontak keluar rumah, kerusakan ringan atas rumah yang berkonstuksi benar, namun andaikan rumah konstruksinya jelek untuk terjadi retak-retak sampai-sampai-sampai hancur. Getaran terasa oleh orang yang sedang naik tunggangan.

8. Patokan VIII MMI

Kerusakan ringan atas bangunan yang berkonstuksi kuat, retak terlebih hancur bagi rumah yang konstuksinya jelek, dinding dapat lepas dari rangka rumah. Cerobong embun & monumen demi roboh, cairan bakal menjadikan keruh.

9. Skala IX MMI

Kerusakan atas bangunan yang konstuksinya kuat, rangka rumah menciptakan bengkok, rumah kelihatan berpindah dari pondasi awalnya, pipa dalem rumah bakal putus.

10. Ukuran X MMI

Bangunan dari kayu yang kuat rusak,rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai serta di tanah-tanah yang curam.

11. Kapasitas XI MMI

Bangunan-bangunan sekedar sedikit yang tetap tegak. Jembatan rusak, terjadi lembah. Pipa dalem tanah enggak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel melengkung sekali.

12. Ukuran 12 MMI

Hancur sama sekali, Gelombang kelihatan atas permukaan tanah. Pemandangan menjabat gelap. Benda-benda terbanting ke udara. (CAL)

Sumber

Menelusuri Kisah Derita Rohingya di Kuala Lumpur

Rohingya di Kuala LumpurEtnis Rohingya, atau yang kerap diujar �manusia Kapal� merupakan segelintir kaum papa tak berdaya, terusir dari negara area Rakhine, Myanmar. Penindasan, pengasingan, & emosi yang terus tersulut dari masyarakat Myanmar kepada Mereka selagi puluhan tahun telah memaksa gelombang etnis Rohingya melarikan diri dari kenyataan.

Mereka menyabung nyawa melintasi ganasnya Samudera Hindia, dengan kapal-kapal yang diisi jauh melebihi kapasitasnya, berbulan-bulan dalem kelaparan & ketakberdayaan di tengah laut. Sampai akhirnya, seribu makin �manusia kapal� gelombang kesekian dari etnis Rohingya terdampar di perairan laut Kota Langsa, Aceh. Seketika menyambut uluran lengan dari jutaan pasang mata warga indonesia. Hingga detik ini, pengungsi Rohingya di Aceh masih menjelma perhatian utama komunitas lokal maupun lembaga kemanusiaan nasional.

Namun apakah cuma itu kisah pilu gelombang pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari Rakhine? Nyatanya, tak cuma jalur laut melintas Samudera yang dipilih oleh ribuan etnis Rohingya. Sampai-sampai-sampai-sampai semenjak diantara dekade silam, kisah pelarian diri pengungsi Rohingya sudah pernah Menjadi area dari krisis pengungsian di ASEAN. Kini mereka tersebar tak cuma di negri kita, tapi pula di Thailand selatan & Kuala Lumpur.

Selain melalui jalur laut, ribuan orang Rohingya pun menyusuri rute usang jalur penyelundupan insan melalui Thailand menuju Malaysia. Tak terperinci sudah berapa ribu jiwa orang Rohingya yang disiksa oleh penjahat penyelundupan manusia dan tewas di jalur ilegal ini.

Berawal dari jalur laut melintasi Teluk Benggala di Laut Andaman serta lantas Transit di Thailand Selatan. Ribuan etnis Rohingya yang melalui jalur ini pun maka dikawal khusus oleh kelompok penyelundup insan menuju ke Kuala Lumpur. Niscaya dengan ragam penyiksaan, tewas gara-gara penyakit hutan, pembunuhan, terlebih pemerkosaan bagi gadis-gadis Rohingya di bawah umur.

Di Kuala Lumpur, dapat dengan mudah ditemukan bermacam etnis Rohingya yang tersebar menjelma pekerja kasar di bawah lindungan Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa bidang Pengungsi (United Nations High Comissioner for Refugees-UNHCR). Di bawah UNHCR mereka berstatus selaku pengungsi yang dilindungi serta mendapat kartu pengungsi UNHCR. Kartu itu selaku motif kekebalan terhadap penangkapan, akses ke pola pendidikan yang didukung UNHCR, serta memungkinkan ribuan pengungsi Rohingya di Kuala Lumpur menikmati fasilitas rumah sakit pemerintah & klinik dengan pembayaran setengah dari biaya.

Namun, di Malaysia ribuan pengungsi Rohingya tetap doang nyala dalem situasi mengkhawatirkan. Mereka mengais secuil rezeki dari karier kotor alias berbahaya, aktif ternoda tanpa sanitasi yang tepat & bersih. Anak-anak Rohingya pun masih doang membayangkan era depan yang suram, sebab mereka tak bisa mendapatkan kewarganegaraan Malaysia, tak bisa mengakses pendidikan formal melalui sekolah pemerintah. Bagi para laki-laki dewasa Rohingya, jangan berharap bisa mendapatkan perkerjaan yang pantas & bayaran yang layak.

Namun walaupun di Malaysia mereka nyala dalem situasi yang masih kagak manusiawi, sampai-sampai-sampai dengan ancaman penangkapan, penghinaan, serta eksploitasi. Bagi mereka situasi Malaysia tetap lebih benar menurut siginifikan dari pada penghinaan serta pengucilan di Rakhine, habitat mereka.

Menurut catatan UNHCR bagai yang dilansir oleh portal Tempo.Com, UNHCR memiliki makin dari 150.000 pengungsi yang menjelma tanggungan. Makin dari 90 persen dari mereka yakni pengungsi Rohingya dari Myanmar.

International Organization for Migration (IOM) lembaga kemanusiaan yang bergerak di bidang migrasi serta kemanusiaan pun mencatat ada lebih dari 88.000 orang telah berlayar dari Rakhine, Myanmar dan Bangladesh sejak 2014 maka. 25.000 jiwa diperkirakan telah tiba di darat. 3.000 orang diantaranya telah menggapai Malaysia, Thailand, serta Indonesia. Tapi diyakini ribuan makin jiwa mereka terdampar di lautan, tewas di laut, serta tewas dalem kamp penyelundupan insan sepanjang hutan-hutan garis batas Thailand-Malaysia. (CAL)

Sumber

Sanitasi Buruk Picu Bencana Wabah Kolera di Kenya

Wabah Kolera di KenyaKala perhatian kemanusiaan dunia sedang berfokus atas penanganan krisis pengungsian Rohingya & pengendalian wabah virus MERS di Korea Selatan, zona-zona di belahan gersang Afrika masih doang bergelut dengan kenyataan nyala di tengah kemiskinan & akses sanitasi yang amat buruk. Bagai yang terjadi wilayah Homa Bay, Kenya Barat atas permulaan Bulan Juni ini.

Sedikitnya di awal Juni ini, 10 orang dilaporkan tewas & 134 orang lainnya masih menjalani  intensif dampak bencana kuman Kolera yang menyerang Kenya.

Wabah Kolera yang mematikan didapati berasal dari Nairobi, Kenya atas 26 Desember tahun lantas. Bencana wabah penyakit terbilang maka merebak sampai ke 11 Kabupaten 47 total Kabupaten di Kenya.

Selain persoalan kebersihan yang tak terjaga, fenomena suhu panas terik yang menyerang ratusan negara di wilayah sepanjang garis khatulistiwa, tak terkecuali di Kenya diprediksi membuat pemicu penyebaran kuman Kolera yang makin meluas. Rata-rata kuman Kolera dilaporkan menjangkiti perempuan serta anak kecil yang aktif di bawah garis kemiskinan.

Atas Mei lalu Kementerian kesehatan Kenya merilis angka bahwa wabah Kolera telah mematikan 72 orang serta mewujudkan 3.223 orang dirawat di rumah sakit di beraneka pelosok negeri Kenya.

Nairobi, Nakuru, Migori, Homa Bay, & Mombasa merupakan wilayah utama yang berada dalem perhatian khusus terkait wabah penyakit Kolera ini. Diperkirakan, minimnya ketersediaan WC, buruknya akses terhadap sanitasi yang bak, & kebersihan makanan yang tak terjaga yaitu pemicu utama angka pasien Kolera terus melonjak di 11 Kabupaten di Kenya.

Di tengah hingar bingar kemajuan teknlogi & perkembangan masa, nyatanya memang masih ada ratusan juta penduduk Benua Afrika yang belom memiliki kesadaran utuh terhadap kebersihan & sanitasi. Semacam yang diceritakan oleh Pejabat Kementerian kesehatan Kenya Khadija Kassachoon dikutip dari portal BBC Indonesia, Kassachoon mengungkapkan bahwa umumnya wilayah yang terjangkit Kolera sekedar memiliki satu WC untuk desa. Satu WC terbilang melayani 3000 orang buat kegiatan Mandi, Cuci, Kakus. Sampai-sampai-hingga yang sudah-sudah warga memilih buat membuang hajat di tempat terbuka.

Bakal didapati, Kolera adalah sejenis penyakit diare akut yang terjadi biasanya risiko bakteri yang nyala di tempat-tempat tercemar dan sanitasi yang buruk. Hujan dan banjir besar yang menyapu noda insan yang tercecer di jalan dampak minimnya WC makin memperparah penularan Kolera. Kolera ialah pembunuh yang mematikan, dapat menewaskan orang dalam diantara jam jika tak segera mendapatkan penanganan khusus. (CAL)

Sumber

Virus MERS di Korsel Berawal dari Infeksi di Rumah Sakit

Fenomena penyebaran bencana virus MERS di Korea Selatan rupanya masih terus berlanjut, sampai-sampai jumlah korban yang terjangkiti memperlihatkan angka yang makin menanjak. Data terakhir yang dirilis oleh Pemerintah Korea menyebutkan ada 23 pasien tambahan baru yang terkena virus Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Tambahan jumlah pasien terbilang makin menegaskan status Korea Selatan selaku zona dengan jumlah kasus kejadian MERS terbanyak setelah negara-zona di Timur Tengah.

Catatan terakhir Pemerintah Korea menyebutkan ada total 87 kasus MERS, serta korban meninggal sampai-hingga hari Kamis ini (11/6) telah menyentuh 5 orang. Rata-rata korban meninggal adalah ibu bapak yang berusia di atas 60 tahun, dengan gejala komplikasi akut.

Patut mewujudkan tanda tanya besar, mengapa negeri dengan tingkat modernitas kebugaran No. Satu bagai Korea Selatan bisa terkena rentetan kejadian bencana penyebaran virus MERS? Sampai-sampai-sampai kini, kasus MERS telah menciptakan kekhawatiran luar lazim bagi semuanya penduduk Korea Selatan. Travel warning ataupun ancaman demi tidak melakukan wisata ke Korea Selatan selama diantara tempo pun sudah semenjak dikeluarkan oleh zona-negara sekitar Korsel, tergolong Kantor Biro Republik Indonesia di Wilayah Korea Selatan.

Usut punya usut, ternyata ada satu pemicu utama yang dicurigai selaku kesalahan gawat, serta menyebabkan penyebaran virus MERS semakin merebak di Korea Selatan. Kejadian tersebut bermula dari soerang dokter di Korea Selatan yang mengabaikan perintah demi menjauhi publik serta melakukan karantina total setelah terjangkiti Virus MERS dari lebih dari satu pasiennya.

Dokter yang sudah divonis positif MERS terbilang maka dengan santainya tetap bekerja & menghadiri rapat besar yang melibatkan makin dari 1.500 orang peserta. Kemungkinan besar dokter itu melakukan kontak fisik yang marak di acara rapat tersebut.

Hingga-hingga akhirnya dicemaskan bahwa dokter satubuah rumah sakit itu telah membuatkan Coronavirus penyebab MERS secara massal.

Fakta terbilang menunjukkan bahwa rumah sakit memang dicemaskan menjelma tersangka utama penyebaran virus MERS. Logikanya rumah sakit memang mewujudkan tempat utama di mana virus-virus diperkiran bertebaran. Karena itu, tak aneh andaikan melihat marak sekali cairan alkohol pembersih lengan disediakan di rumah sakit, untuk mencegah penularan virus-virus berbahaya.

Ancaman bahwa rumah sakit ataupun fasilitas medis Menjadi lokasi paling tak aman dari infeksi MERS kembali dikuatkan oleh bukti bahwa 17 kasus MERS terbaru dilaporkan berasal dari rumah sakit tempat pertama-tama kali korban MERS dinyatakan meninggal di Korea Selatan. Korban MERS yang tewas kesatu kali di Korea Selatan adalah seorang pebisnis yang terkena MERS usai melakukan perjalanan urusan ekonomi ke Timur Tengah.

Semacam yang didapati, MERS penyebabnya yaitu Coronavirus, sejenis virus yang serupa dengan bencana wabah virus SARS lebih dari satu tahun silam. MERS menyebabkan demam akut, kegagalan pernafasan, pneumonia, dan komplikasi yang makin gawat risiko menurunnya imunitas atas beberapa organ vital yang sebelumnya sudah terkena kegagalan faedah. (CAL)

Sumber