Lebaran Kurban Kemarin, Pengungsi Rohingya Nikmati Nasi Biryani Hangat

Lebaran harusnya menjadi hari baik. Lebaran harusnya penuh menggunakan momen kebahagiaan yg sudah dimulai bahkan sejak berhari-hari sebelumnya. Seperti di hari Idul Adha 2017 yang baru saja dilewati awal September kemarin. Tapi rupanya, lebaran kurban yang membahagiakan itu tidak pernah berlaku bagi ratusan ribu Muslim Rohingya yg ketakutan pada kampung mereka sendiri, di tanah Rakhine, Myanmar.

Bagaimana bisa merayakan hari baik bila tempat tinggal dan kampung semenjak malam-malam sebelumnya habis dibakar? Bagaimana mampu menikmati gurihnya daging kurban pada Sittwe bila semenjak berhari-hari sebelumnya hanya teror dan persekusi habis-habisan yang mereka terima?

qurbann

Tepat di hari lebaran kurban kemarin, cerita pilu berdasarkan seratus ribu lebih orang-orang Rohingya pulang terjadi. Militer Myanmar menggunakan segala macam kekuatan serdadunya melancarkan teror dan serangan atas minoritas Rohingya di Rakhine State. Teror, pembakaran tempat tinggal , bahkan hingga pemerkosaan dan penghilangan nyawa dilancarkan setiap hari. Mereka menyasar kampung-kampung Rohingya pada seantero Rakhine State.

Pilihannya hanya satu: lari sejauh mungkin menurut teror. Dari sini, cerita baru tentang pengusiran ratusan ribu pengungsi Rohingya ke perbatasan Myanmar dan Bangladesh dimulai. Menyeberangi Sungai Naf, memilih Bangladesh sebagai loka perlindungan sementara.

Tepat pada hari Idul Adha kemarin, tidak terdapat salat Ied yang ditunaikan pada Rakhine, tak terdapat gurih daging yang diicip pada hari Idul Adha di Rakhine.

Sementara itu, pada ketika yang bersamaan, tim Global Qurban sedang berada di wilayah Cox’s Bazar, Chittagong, Bangladesh. Tempat pada mana lebih berdasarkan 600 ribu orang Rohingya telah bermukim sebagai pengungsi semenjak bertahun-tahun kemudian. Rencana semula, di Bangladesh tim Global Qurban buat Rohingya memang bakal mendistribusikan ribuan potong daging kurban untuk kamp-kamp evakuasi pada kurang lebih Cox’s Bazar. Tapi kedatangan seratus ribu lebih pengungsi baru Rohingya asal Rakhine tidak pernah diduga sebelumnya.

Tanpa pernah disangka, kehadiran tim implementasi Global Qurban buat Rohingya bertepatan menggunakan genre pengusiran pengungsi baru yang lari lantaran pertarungan awal September kemarin.

Mitra Aksi Cepat Tanggap yang tinggal pada Bangladesh membenarkan adanya pengusiran warga Rohingya yang baru datang pada Bangladesh. “Di Arakan (Rakhine), sedang terjadi agresi penembakan kepada Muslim Rohingya. Lumayan poly korbannya. Ini yang menciptakan mereka seluruh mau tidak mau mengungsi ke Bangladesh,” ungkap Hasan, mitra ACT pada Cox’s Bazar, Bangladesh.

Nasi biryani hangat untuk ribuan pengungsi baru berasal Rohingya

Mereka datang lagi, membawa beberapa karung putih yang tampak penuh menggunakan barang-barang berharga. Selasa sore kemudian (lima/9), rombongan baru pengungsi Rohingya datang di area Kamp Kanzarpara, 3 kilometer jauhnya berdasarkan Sungai Naf. Entah telah berapa poly rombongan pengungsi yang mencari suaka di wilayah zero line Bangladesh ini.

Anggota Tim Implementasi Global Qurban buat Rohingya, Rahadiansyah, menyampaikan, arus pengungsi terus berdatangan pada Kanzarpara sepanjang hari. Rasa lelah nampak di mata mereka yg sayu. Sambil merebahkan diri di pelataran bangunan, para pengungsi memejamkan mata. Dalam lelap tidur, mereka mencoba mengusir horor pada kampung page yg masih bercokol dalam ingatan, walau barang sejenak.

“Di antara mereka terdapat bayi yang baru berusia 20 hari. Bayangkan, selama beberapa hari bayi ini harus ikut menyeberangi Sungai Naf dalam syarat musim hujan seperti waktu ini,” celoteh Rahadiansyah.

Sudah pasti tak terdapat daging kurban yg diicip sang belasan ribu arus pengungsi baru yg tiba ke Kamp Kanzarpara hari itu, sudah pasti perut mereka pun lapar tak berisi sejak hari-hari kemarin. Bergerak cepat memulai menyiapkan logistik untuk pengungsi Rohingya yg baru saja tiba, Tim Implementasi Global Qurban bergegas menginsiasi dapur umum yang menjadi dapur qurban.

Rencana yg telah dibikin: pengungsi baru harus bisa mengisi perut mereka menggunakan ribuan paket nasi biryani, nasi olahan daging kurban yang disembelih Global Qurban pada tengah Kota Chittagong.

Sesaat selesainya kedatangan para pengungsi Rohingya tersebut, ribuan paket nasi biryani hangat dihidangkan. Sepuluh ribu paket pangan itu didistribusikan di beberapa area sepanjang Kamp Kanzarpara. Di tengah cuaca yang relatif dingin selepas hujan, mereka menikmati sajian hangat tadi menggunakan begitu lahap.

Sepuluh ribu paket nasi biryani siap santap tadi sebelumnya dimasak pada Dapur Umum buat Rohingya. Berlokasi pada Padua, Chittagong, dapur umum amanah berdasarkan rakyat Indonesia ini sudah memasak panganan enak itu sedari pagi. Potongan daging sapi diracik menggunakan bumbu rempah dan dicampurkan ke pada nasi hangat.

Distribusi sepuluh ribu paket nasi biryani olahan daging kurban itu dilakukan sempurna di tengah sawah, di tengah jalur penghubung antara perbatasan Myanmar dan Bangladesh. Petak-petak sawah berlumpur itu sebagai lokasi ad interim ribuan arus pengungsi Rohingya beristirahat untuk ad interim. Zero line tempat Kamp-kamp evakuasi masih belasan kilometer lagi jauhnya.

Anak-anak pengungsi yg baru datang pribadi berkecimpung berdasarkan loka duduknya, berlari menuju relawan lokal ACT yg tengah memberikan paket nasi biryani & air mineral. Beberapa paket nasi mereka bawa, buat selanjutnya diberikan kepada anggota keluarga mereka yang tengah beristirahat.

“Ketika kami tiba pada Kamp Kanzarpara, anak-anak pengungsi itu pula baru datang. Dari kampung page mereka di Rakhine, mereka harus berjalan dan menyeberangi Sungai Naf selama 12 hari buat sanggup ke sini. Masya Allah, 12 hari!” seru Rahadiansyah.

Hari itu, tidak hanya makanan dan air mineral yang dibagikan kepada para pengungsi Rohingya yang baru tiba. Pakaian anak-anak & dewasa dan kerudung jua dibagikan pada mereka. Tak terkecuali buat ribuan pengungsi Rohingya lain yg sudah menetap bertahun-tahun pada Kamp Pengungsian wilayah Dohazari.

Seperti Enamullah (30) contohnya, awal September kemarin keluarganya mendapat rabat daging-daging kurban menurut Global Qurban. “Saya sudah hidup di Kamp Dohazari ini bertahun-tahun. Sejak kami diusir berdasarkan Sittwe nir ada pendidikan dan kehidupan yg layak. Tapi kami di sini sangat bangga menggunakan Indonesia. Saudara kami semua di Indonesia selalu menunjukkan solidaritas, dukungan & uluran tangannya buat kami Rohingya yg terusir. Terima kasih Indonesia,” istilah Enamullah pada mitra Global Qurban di Dohazari.

Leave a comment